Sebagai orang yang tergolong baru dalam bidang kajian ulumul Qur’an, aku cukup terkejut dengan kritikan yang dilontarkan Imran Nazar Hosein dalam bukunya “Qur’an and the moon”. Beliau mengkritik kita semua, termasuk aku yang mengkhatamkan Qur’an dengan cara membagi pembacaan masing-masing 1 juz/ hari. Jika diteliti, Metode pembagian ini telah mencincang Al-Qur’an sebanyak 21 kali. Menurut beliau metode pembacaan seperti itu adalah dosa. Dosa karena pembagiannya tanpa alasan yang jelas dan tidak bertanggungjawab. Dosa pembagian bacaan seperti ini tentu saja menghalangi kita untuk mendapatkan nuur/ petunjuk dari Allah SWT ketika membaca Al-Qur’an. Alasan Kritikan pedas ini beliau nyatakan secara lengkap di chapter 3, “Chopping the Qur’an”.
Menurut beliau, Allah telah melarang kita untuk mencincang surat-surat saat membaca Al-Qur’an (Q.S. Al Hijr: 89-93). Sebagaimana Allah telah memberikan azab kepada Muqtasimin, orang-orang yang membagi-bagi Al-Qur’an dengan sewenang-wenang menjadi kepingan/ serpihan. Selain dalil tersebut, Hosein memberikan banyak alasan berdasarkan petunjuk sunnah nabi. Berlandaskan 2 landasan Islam tersebut lah, beliau juga menerangkan kepada kita tentang pentingnya konsep waktu dalam kehidupan muslim. Mengapa pergerakan bulan harus selaras dengan pembacaan Qur’an?
Karena
itulah beliau memberikan tawaran model pembagian juz untuk mengkhatamkan Al-Qur’an
dalam sebulan. Tentu saja, model pembagian ini disertai penjelasan yang
menurutku cukup detail. Diantaranya tentang mengapa alfatihah sebagai awal
surah begitu pendek, mengapa surat di awal Al-Qur’an panjang dan semakin lama semakin
pendek-pendek, mengapa Allah memunculkan ayat yang cukup pendek diantara
ayat-ayat yang panjang, mengapa ada surat yang dimulai dengan huruf muqâTha'ah dan mengapa yang lainnya tidak. Demikianlah, kita
akan menemukan alasan-alasan filosofis dari penjelasan-penjelasan beliau. Seperti
pembagian juz dalam Qur’an, kasus yang terasa begitu sepele, setidaknya bagiku
sebelum mempelajari Qur’an lebih intensif. Karena memang tidak ada yang sepele
dalam Al-Qur’an, mukjizat terakhir yang masih bersama kita di akhir zaman ini.
Berikut
pembagian juz yang ditawarkan Hosein untuk dikhatamkan sebulan. Tentunya setiap
memulai membaca setiap juz harus dimulai dengan membaca surah alfatihah.
1.
Pembagian/ Juz
pertama : Al Baqarah – 286 ayat
2.
Juz kedua:
Ali ‘Imraan – 200 ayat;
3.
Juz ketiga:
An Nisaa – 177 ayat
4.
Juz keempat:
Al Maaidah – 120 ayat
5.
Juz kelima:
Al An’am – 166 ayat
6.
Juz keenam:
Al A’raf – 206 ayat
7.
Juz ketujuh:
Al Anfaal, 75 dan At Taubah, 129 – jumlah keseluruhannya 204 ayat.
8.
Juz kedelapan:
Yunus, 109 dan Hud, 123 – jumlah keseluruhannya 232 ayat.
9.
Juz
kesembilan: Yusuf, 111 dan Ar Ra’ad, 43 – jumlah keseluruhannya 154 ayat
10. Juz kesepuluh: Ibrahim, 52 dan Al Hijr, 99 –
jumlah keseluruhannya 151 ayat.
11. Juz kesebelas: An Nahl – 128 ayat.
12. Juz kedua belas: Al Israa, 111 dan Al Kahf, 110 –
jumlah keseluruhannya 221 ayat
13. Juz ketiga belas: Maryam, 98 dan Taa Haa, 135 –
jumlah keseluruhannya 233 ayat.
14. Juz keempat belas: Al Anbiyaa, 112 dan Al Hajj, 78
– jumlah keseluruhannya 190 ayat
15. Juz kelima belas: Al Mu’minun, 118 dan An Nuur, 64
– jumlah keseluruhannya 182 ayat.
16. Juz keenam belas: Al Furqan, 77 dan Asy Syu’ara,
227 – jumlah keseluruhannya 304 ayat.
17. Juz ketujuh belas: An Naml, 93, Al Qasas, 88 dan
Al Ankabuur, 69 – jumlah 250 ayat.
18. Juz kedelpan belas: Ar Rum, 60, Luqman, 34, As
Sajdah, 30 dan Al Ahzab, 73 – jumlah keseluruhannya 197 ayat.
19. Juz kesembilan belas: Saba’, 54, Al Fathiir, 45,
Ya Siin, 83, dan As Shoffat, 182 – jumlah keseluruhannya 364 ayat.
20. Juz kedua puluh: Shaad, 88, Az Zumar, 75 dan
Ghaafir, 85 – jumlah keseluruhannya 248 ayat.
21. Juz kedua puluh satu: Fussilaat, 54, Asy Syura,
53, dan Az Zukhruf, 89 – jumlah keseluruhannya 255 ayat.
22. Juz kedua puluh dua: Al Jathiyah, 37, Al Ahqaf,
35, Muhammad, 38, Al Fath, 29, dan Al Hujurat, 18 – jumlah keseluruhannya 157
ayat Juz kedua puluh tiga : Al Jathiyah, 37, Al Ahqaf, 35, Muhammad, 38, Al
Fath, 29, dan Al Hujurat, 18 – jumlah keseluruhannya 157 ayat.
23. Juz ke dua puluh tiga: Qāf, 45, al-Dhāriyāt 60,
al-Ṭūr, 49, al-Najm, 62; & alQamar, 55, jumlah keseluruhan 271 ayat.
24. Juz kedua puluh empat: Ar Rahmaan, 78, Al Waqiah,
96, Al Hadid, 29, Al Mujadilah
25. Juz kedua puluh lima: Al Hasyr, , Al Mumtahinah -
13, Ash Shaff - 14, Al Jumuah - 11, Al Munafiqun - 11, At Taghabun - 18, At Talaq
- 12, At Tahrim, 12; Al Mulk – 30; dan Al Qalam – 52
26. Juz kedua puluh enam: Al Haqqah - 52, Al Ma’arij-
44, Nuh - 28, Al Jinn – 28, Al Muzzammil - 20; dan Muddatsir- 56
27. Juz kedua puluh tujuh: Al Qiyamah - 40, Al Insaan
- 31, Al Mursalat - 50, An Naba - 40, dan An Naziiat – 46
28. Juz kedua puluh delapan: ‘Abasa - 42, At Takwir -
29, Al Infitar- 19, Al Mutaffifin - 36, Al Insyiqaq - 25, Al Buruj - 22, At
Thoriq - 17, Al ‘Ala -19; dan Al
Ghasyiyah – 26
29. Juz kedua puluh sembilan: Al Fajr - 30, Al Balad -
20, Asy Syams - 15, Al La’il - 21, Ad Dhuha - 11, Asy Syarh - 8, At Tiin - 8,
Al ‘Alaq, 19; dan Al Qadar – 5
30. Juz ketiga puluh: Al Bayyinah - 8, Al Zalzalah - 8, Al Adiyat - 11, Al Qariah - 11, At Takatsur - 8, Al Ashr- 3, Al Humazah - 9, Al Fiil -5, Al Qurays – 4, Al Maaun – 7. Al Kautsar – 3, Al Kaafirun – 6, An Nashr – 3, Al Masad – 5, Al Ikhlaas – 4, Al Falaq – 5; dan An Naas - 6
Tentu saja membaca pembagian Juz tersebut tentu harus mengikuti penanggalan Hijriah, dan tidak mengikuti model sistem waktu yang sedang eksis hari ini. sebab pemotongan surat dan mengikuti sistem waktu yang disediakan dajjal akan membuat kehidupan kita hampa tak bermakna.
_____________________________
Apa sebenarnya tujuan dari pembagian quran seperti ini? perlu pembaca ketahui bahwa metodologi pembacaan quran yang ditawarkan
Hosein ini tentu tidak bisa dilepaskan
dari konteks eskatologi islam (ilmu akhirul zaman). Ilmu yang selalu beliau
bicarakan dalam setiap tafsir-tafsir yang beliau sebutkan. Metode pembacaan Qur'an ini beliau harap akan mampu menjawab kebingungan manusia hari ini. Salah
satunya dalam bab 6 berjudul "Dajjāl the Moon and the System of Time in Islam" Dajjal dan sistem waktu dalam islam.
Di sana beliau membahas mengapa ada model penentuan waktu yang aneh. Misal mengapa
ada sistem perubahan hari berdasarkan tengah malam dan bukan berdasarkan sistem
terbenam dan terbitnya bulan dan matahari. Mengapa ada sistem penanggalan
masehi dll.
Semua sistem waktu hari ini adalah upaya dajjal untuk menjauhkan
manusia dari memandang langit, agar manusia tak lagi memperhatikan bulan dan matahari, dan menjauhkan manusia terintegrasi dengan
alam dan quran. Buktinya adalah adanya sistem juz mencincang surat dalah Al-Qur'an, yang menurut Hosein adalah dosa. Sementara Integrasi kehidupan dengan alam tanpa pemaknaan hanya
membawa manusia kepada waktu mekanis. Sementara integrasi kehidupan dengan pemaknaan
tanpa alam hanya membuat manusia waktu relatif. Saat manusia terjebak dengan
waktu relatif dia akan terisolir dengan kenyataan sekitarnya. Begitu pula
dengan waktu mekanis dia akan terisolasi dengan dirinya sendiri. Hendaknya Waktu
relatif dan waktu mekanis ini hendaknya terintegrasi dengan quran, agar manusia
mampu menjalani kehidupannya dengan selamat.
Sebab, orang-orang modern hari ini telah terisolir,
baik dengan dirinya atau pun dengan dunia sekitarnya. Tak heran mereka akan
merasa waktu berjalan begitu cepat. Hari-hari dalam hidupnya berlalu begitu
saja tanpa makna. Beberapa ada yang
stress dan tidak sedikit yang bunuh diri. Padahal Allah sedah memberi muslim
cara terbaik menjalani hari-hari dalam kehidupannya.
Kehidupan yang rusak ini sudah diprogramkan
oleh dajjal sejak lama. Andai saja manusia menyadari bahwa sistem waktu ini
disiapkan oleh dajjal, maka tentu saja manusia mau mengikuti alur hidup bekerja
seperti waktu sistem bulan, dan dalam setiap harinya mencari alur spiritual
seperti memandang langit. Tak satupun
gejala alam disekitarnya yang luput dari perhatiannya. Ia terus memperhatikan
keanehan alam ini sembari membaca quran.
pembacaan juz yang selaras setiap harinya, dimulai dari surat yang cenderung
panjang dan juga surat yang cenderung pendek. Dengan melakukan petunjuk Allah tsb ia akan
mampu melihat dan merasakan. Ia akan menemukan kehidupan yang bermakna.
Oleh: Julhelmi Erlanda (Mahasiswa S3 Ilmu Qur’an-Tafsir Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal & Universitas PTIQ Jakarta)