Kuliahalislam Khilafah Daulah Abasiyah yang
berpusat di Kota Baghdad (Irak) dahulunya merupakan pusat Dunia khususnya di
bidang ilmu pengetahuan selama ratusan tahun. Didirikan oleh keturunan Ibnu
Abbas radiallahu anhu. Namun Dinasti Abasiyyah runtuh sekejap mata dengan
sangat mengerikan yang tak pernah terbayangkan oleh siapapun kengeriannya.
Keruntuhan Dinasti Abbasiyah di Irak oleh serangan Bangsa Mongol yaitu Jengis
Khan dan putra-putranya tidak terlepas dari ulah umat Islam sendiri.
Gambar oleh Jean Soutif
Hal ini dimulai ketika Sultan
Khawarizm Syah yang bermazhab Syiah dan pemimpin Daulah Khawarizm berambisi
menghancurkan Daulah Abasiyyah di Irak. Khawarizm Syah ingin menghapus nama
Khalifah An-Nashir penguasa Daulah Abasiyah dari mimbar-mimbar dan menguasai
kota Baghadad. Untuk menghadapi Khawarizm Syah, Khalifah An-Nashir Dinilah
melakukan propaganda dengan mengirim surat kepada Jengis Khan agar menyerang Dinasti Khawarizm dan
menginvasi kesultanannya.
Langkah Khalifah An-Nashir membuat
Jengis Khan tertarik menguasai Dunia Islam. Awalnya Jengis Khan menjalin
hubungan damai dengan Sultan Khawarizm namun pada tahun 615 Hijriah, para
pedagang dari negeri Jengis Khan yang datang ke Dinasti Kwarizm untuk berdagang
dibunuh dan dirampok oleh Ghayer Khan yang menjabat Walikota Dinasti Khawarizm.
Hal itu membuat Jengis Khan murka dan membantai daerah Bukhara dan Samarkand.
Jengis Khan berhasil menahlukan Kota
Samarakand yang menjadi pusat Ulama, sastrawan dan kekayaan negeri Transoxania.
Tragedi runtuhnya Bukhara dan Samaraknd terjadi pada bulan Muharam tahun 617
Masehi. Jengis Khan berhasil membangun Imperium terkuat di dunia saat itu yang
kekuasannya membentang di Timur dan Barat (Rusia).
Runtuhnya Daulah Abbasiyah
Kerapuhan yang menggerogoti tubuh
pemerintahan Daulah Abasiyah di Irak dimulai pada dekade akhir abad kedua
Hijriyah atau abad kedelapan Masehi ketika banyak wilayah Daulah Abasiyah
memisahkan diri dan membentuk negara sendiri seperti berdirinya Dinasti
Idrisiyah di Maroko dan Daulah Fatimiyah di Mesir, Daulah Thuluniyah dan
Dinasti Ikhhsyidiyah tahun 935 Masehi.
Di bidang ekonomi, banyak masyarakat
hidup susah dan miskin karena Khalifah mewajibkan pajak yang besar dari
masyarakat Muslim pdahal sebelumnya pajak hanya dikenakan untuk warga bukan
Islam. Para pejabat tinggi negara semakin makmur namun rakyat semakin terpuruk.
Hal ini diperparah ketika sering terjadinya peperangan besar antara Muslim yang
beraliran Suni dan Syiah akibatnya banyak Muslim yang terbunuh.
Daulah Abasiyah dikhianati para
pejabat tinggi negaranya yang bermazhab Syiah, salah satunya adalah Abu Thalib
Muayyiduddin Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Abu Thalib bin Al-Alqami
Al-Baghadadi Ar – Rafidi (Ibnu Al-Alqami). Ia menjadi Menteri Daulah Abasiyah selama
14 tahun. Dan ialah yang mengirim surat kepada Hulagu Khan untuk menyerang dan
menahlukan Daulah Abasiyah di Irak dan membeberkan rahasia kekuatan militer
Daulah Abasiyah kepada Bangsa Mongol.
Penahlukan Ibukota Baghdad
Bangsa Mongol akhirnya mengerahkan
pasukan dalam jumlah besar. Hulagu Khan menyerang negeri-negeri Islam dan yang
pertama dihancurkannya adalah kekuasaan Syiah yaitu Dinasti Khawarizmi.
Selanjutnya mereka bergerak ke Baghdad. Seluruh pasukan Bangsa Mongol di dunia
dikerahkan mengepung Ibukota Baghdad. Khalifah akhirnya memilih jalan negosiasi
dengan damai. Hulagu Khan memebri syarat pada Khalifah jika ingin berdamai
yaitu ia harus datang menemui Hulaghu Khan ke kamahnya dengan didampingi para
pejabat penting negaranya dan Ulama, menteri dan pemebesar.
Khalifah pun setuju namun setelah
tiba menemui Hulagu Khan, para pejabat tinggi negara, Ulama dan pembesar Daulah
Abasiyah yang ikut serta bersama Khalifah dibunuh dengan kejam dan Khalifah
ditawan, Hulaghu Khan menipu Khalifah. Hulaghu Khan menginstruksikan agar
Khalifah memerintahkan semua pasukannya menyerahkan diri dan tidak melakukan
perlawanan, putra dan putri Khalifah dibunuh dan Khalifah diminta menunjukan
harta berharga Istana.
Para Ulama besar yang namanya ada
didaftar yang dicatat Ibnu Al-Alqami sebelumnya dan diserahkan pada Hulaghu
Khan, dibunuh dengan cara disembelih berikut keluarganya, diantaranya adalah
Guru Besar Istana Daulah Abasiyah bernama Syaikh Muhyiddin Yusuf bin Syaikh
Abdul Faraj bin Al-Jauzi. Seluruh Ulama dan Ahli Al-Qur’an berikut keluarganya
disembilh dihadapan Khalifah dan Hulaghu Khan serta Ibnu Al-Alqami. Khalifah
baru menyadari ternyata pengkhianatnya adalah menterinya sendiri yaitu Ibnu
Al-Alqami.
Bangsa Mongol membantai habis
seluruh penduduk Baghdad baik Suni dan Syiah tanpa menyisakan
sedikitpun.Delapan ratus ribu orang warga sipil tewas dibunuh Bangsa Mongol dan
gadis-gadis mereka tawan untuk dijadikan budak. Hulaghu Khan langsung menuju
Istana dan Khalifah memberitahukan dimana ia menyimpan harta berharga Daulah
Abasiyah yaitu di bawah Istana.
Hulaghu Khan menemukan kolam besar
berisi emas batangan yang berat satu emas btangan 6.22 gram. Hulagu Khan
megambil semua emas, perhiasan mewah yang merupakan harta yang dikumpulkan
Daulah Abasiyah selama lima ratus tahun. Hulaghu Khan juga menawan istri dan
selir Khalifah An-Nashir yang berjumlah 700 orang istri dan selir dan seribu
pelayan wanita. Hulaghu Khan mengeruk semua kekayaaan negara Daulah Abasiyah.
Hulagu Khan menawan Khalifah dan
tidak memberinya makan. Ketika Khalifah memohon diberi makan, maka Hulagu Khan
memberinya makanan berupa batangan emas. Khalifah berkata : Bagaimana
caranya aku bisa memakan batangan emas ?. Hulaghu Khan menjawab : “ Jika
kamu tahu emas tidak bisa dimakan lantas mengapa kamu menyimpannya dan tidak
membagikannya pada rakyat dan prajuritmu agar mereka semangat mempertahankan
negaramu dariku ?”. Khalifah menjawab : “Ini takdir Allah”. Hulaghu
Khan berkata : “ Begitu juga apa yang nanti akan terjadi padamu itu semua
takdir Allah”.
Tidak ada kabar mengenai nasib
Khalifah terakhir Daulah Abasiyah itu. Ada yang menyebut bahwa Khalifah dibunuh
dan dikuburkan di tempat yang tidak ada yang mengetahuinya. Ibnul Ghuti
menyatakan bahwa Khalifah dibunuh dengan cara memasukannya ke dalam karung dan
diinjak pasukan Mongol sampai mati dan makamnya dirahasiakan.
Musnahnya Peradaban
Kota Baghadad yang dikenal sebagai
kota yang selalu terang karena pada malam hari tidak terasa gelap sebab
kemegahan istana Daulah Abasiyah dan lampu yang menyinarinya akhirnya runtuh
tidak menyisakan apapun di tangan Bangsa Mongol. Selama 40 hari pembantaian
berlangsung lamanya di Baghadad. Yang menyayat hati adalah dibakarnya
perpustakaan terbesar di bumi yang menyimpan kitab-kitab para ulama selama 600
tahun yang didaalmya banyak kitab Tafsir Qur’an, hadis, fiqih, sastra, syair,
seni, ilmu kedokteran, astronomi, kimia, fisika, sosiologi, filsafat, politik,
ekonomi dengan berbagai bahasa.
Tidak ada perpustakaan di bumi
hingga saat ini yang mampu menandingi besar dan megahnya perpustakaan Daulah
Abasiyah yang dibakar Bangsa Mongol. Perpustakaan yang menandingi perpustakaan
Daulah Abasiyah hanya perpustakaan Cordoba milik Daulah Andalusia di Spanyol
yang juga hancur di tangan tentara Salib namun bedanya bukunya tidak dibakar
tetapi dibawa ke Eropa dan dipelajari mereka.
Perpustakaan Daulah Abasiyah itu
didirikan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid yang menjabat tahun 170-193 Hijriah.
Kemudian perpustakaan itu dibangun besar-besar oleh Khalifah Al-Makmun yang
menjabat tahun 128 Hijriah. Jutaan kitab ulama musnah. Bahkan ada riwayat
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah sampai mengubur kitab tulisannya agar tidak dibakar
dan hanya sedikit kitab tulisannya ia ingat dimana ia kubur. Sejarah keruntuhan
Dunia Islam terus berlanjut dan penyebabnya hal yang sama yaitu pemimpin yang
korup dan otoriter, pajak yang membebani rakyat, dan konflik akibat perbedaan
Mazhab dalam Islam.
Sumber : Prof. Dr. Ali Muhammad
Ash-Shalabi “ Bangkit dan Runtunya Bangsa Mongol” diterbitkan Pustaka
Al-Kautsar.