KULIAHALISLAM.COM - Nabi Mani hidup abad ke 3 Masehi dan merupakan pendiri Manichaeisme semacam agama yang sudah lenyap saat ini di dunia. Nabi Mani masuk dalam 83 dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia versi Michael Hart.
Gambar Penganut Agama Mani
Dari Timur Tengah, Manichaeisme menyebar luas ke Barat hingga
Samudera
Pasifik. Agama ini sempat bertahan selama ribuan tahun. Agama yang didirikan
Mani merupakan campuran dari berbagai macam agama sebelumnya. Mani mengakui
agama Zoroaster, Budha dan Nabi Isa selaku nabi sejati. Ia mengaku mendapat
wahyu dari Tuhan. Walaupun unsur agama Budha dn Kristen terasa dalam agama
Mani, doktrin yang paling mengesankan bagi Barat adalah unsur Zoroastern dalam
agama Mani.
Mani
mengajarkan bahwa dunia tidaklah diperintah Zat kekuasaan tunggal, melainkan
bagian dari pertarungan terus menerus antara dua kekuatan. Salah satu
daripadanya adalah pokok-pokok kejahatan yang oleh Mani didentifisir dengan
kegelapan dan benda; satunya lagi adalah pokok-pokok kebaikan yang didentifisir
dengan sinat dan jiwa terang. Secara dangkal kedengarannya seperti pendapat
Kristen tentang Tuhan dan Iblis tetapi dalam paham Manichaeisme kejahatan dan
kebaikan dianggap pada dasarnya punya
kekuatan berimbang.
Konsekuensi
kepercayaan ini adalah adanya paradoks filosofis terhadap eksistensi kejahatan
yang membuat bingung filsuf Kristen dan Yahudi. Menurut paham Manichaeisme,
semua hubungan seksual adalah kejahatan dan harus dijauhi walaupun tujuannya
untuk keturunna, juga larangan makan daging dan minuman anggur. Larangan ini
tidak berlaku untuk semua penganut agama Mani tetapi hanya untuk orang-orang
pilihan. Penganut agama Mani yang bukan orang-orang pilihan mereka sebut
“anggota pendengar”.
Ada
berbagai upacara ibadah yang dilakukan pengikut agama Mani. Roh-roh orang-orang
pilihan dalam agama ini diyakini langsung masuk surga begitu mereka mati
sedangkan anggota pendengar untuk masuk surga tidaklah mudah atau
berbelit-belit. Mani sesungguhnya dilahirkan tahun 216 M di Mesopotamia yang
saat itu menjadi bagian Kekaisaran Persia di bawah kekuasaan Dinasti Arsacid
dan Parthian. Mani sendiri keturunan Persia dan punya hubungan dengan penguasa
Arsacid. Kebanyakan orang-orang Persia memeluk kepercayaan semacam Zoroasteranisme
tapi Mani dibesarkan dari pemeluk agama Kristen.
Ia
mempunyai pandangan keagamaan saat usianya 12 tahun dan mulai mengkhotbahkan
agama barunya saat usia 24 tahun. Di kampung halamannya, ia dan agama barunya
tidak dianggap namun ketika ia melakukan perjalanan ke bagian Timur Laut di
India dan dapat menarik penguasa setempat mengikuti agamanya, agama yang
didirikannya mulai berkembang pesat.
Tahun
242 Masehi, Nabi Mani kembali ke Persia dan kali ini Raja Shapur memeluk
agamanya dan terkesan dengan agama Mani serta mengijinkannya menyebarkan agama
barunya ke seluruh penjuru Persia. Setelah Kekaisaran Persia berganti
kekuasaan, Raja Shapur I dan Hormizd I, agama Mani berkembang sangat maju dan
mendapat pengikut yang sangat banyak. Dan Kaisar Persia mengirimkan utusan ke
negeri-negeri lain untuk ikut menyebarkan agama Mani. Namun agama Mani
ditentang keras oleh penganut agama Zoroaster.
Setelah
Bahram I naik tahta menjadi Kaisar Persia tahun 276 Masehi, Mani ditangkap dan
dipenjara. Ia disiksa selama 26 hari hingga akhirnya meninggal dunia. Selama
hidupnya, ia menulis buku dalam bahasa Persia dan bahasa Suriah. Buku-buku itu
merupakan buku suci agama Mani. Buku tersebut pernah lenyap selama ribuan tahun
hingga akhirnya ditemukan abad 20 Masehi.
Agama
Mani awalnya punya pengikut yang sangat banyak di Persia, India hingga Eropa
sesudah Mani wafat, agamanya masih berkembang di Spanyol dan China di bagian
Barat. Puncak kejayaan agama Mani berada di abad ke-4 Masehi yang saat itu
bersaing sengit dengan agama Kristen. Ketika agama Kristen menjadi agama resmi
Romawi, agama Mani dihancurkan habis-habisan oleh Eropa. Tahun 600 Masehi,
agama Mani lenyap di Barat.Pada masa Khalifah Abbasiyah di Irak, agama Mani
ditentang dan dilarang di seluruh Dunia Islam.